Tuesday 25 September 2012

KEBERADAAN TANAH DAN BATUAN DALAM KEHIDUPAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tanah dan batuan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Tanah adalah benda atau bahan alami yang berfungsi untuk menumbuhkan tanaman. Tanah terbentuk dari hasil interaksi antara berbagai faktor, yaitu iklim, organisme, bahan induk, relief (topografi) dan waktu. Tanah sangat penting bagi makhluk hidup di muka bumi ini. Tanah dapat digunakan sebagai tempat bermukim, tempat bercocok tanam, pendirian berbagai tempat usaha serta untuk kebutuhan lainnya. Dengan pertambahan jumlah penduduk setiap tahun jumlah areal tanah di Indonesia semakin berkurang, sehingga tanah semakin hari memiliki harga yang cukup mahal.

Sedangkan batuan adalah massa yang terdiri atas satu atau berbagai macam mineral dengan komposisi kimia yang tetap sehingga dengan jelas dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Batuan dibentuk dari magma, magma merupakan batuan cair pijar yang bersuhu tinggi (9000-12000) yang terjadi dari berbagai mineral dann gas yang terkandung di dalamnya. Sama halnya dengan tanah, batuan memiliki peranan yang cukup penting bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dalam makalah ini akan dibahas lebih rinci terkait dengan materi tanah dan batuan serta kegunaannya bagi kehidupan di muka bumi.

1.2  Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
a.       Bagaimana proses pembentukan tanah?
b.      Apa kandungan yang terdapat di dalam tanah?
c.       Apa penyebab kerusakan batuan?
d.      Bagaimana proses pembentukan batuan?
e.       Apa jenis batuan yang ada di Indonesia
f.       Apa penyebab kerusakan batuan?

1.3  Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui secara lebih jelas terkait dengan proses peembentukan tanah, kandungan tanah, kerusakan tanah, pembentukan batuan, jenis batuan dan penyebab kerusakan batuan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Tanah dan Kandungan yang Ada di Dalamnya
Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu. Istilah tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki sebagian besar daratan permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, serta menjadi tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Menurut pandangan dan pengertian yang diberikan oleh para ahli tanah adalah sebagai berikut :
  1. Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang membentuknya di alam.
  2. Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai tanaman.
Tanah mempunyai beberapa sifat yang menentukan kualitas tanah seperti sifat biologi, sifat fisik dan sifat kimia. Tanah bagian paling atas sering disebut top soil, selanjutnya ada lapisan-lapisan dibawahnya sehingga terbentuk profil tanah.
Manfaat tanah dalam kehidupan bukan saja untuk manusia tetapi juga mahluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuhan. Berbagai sudut pandang dari manfaat tanah tergantung kepentingan orang yang memanfaatkannya. Untuk seorang petani tradisional memanfaatkan tanah sebagai lingkungan tempat tinggal dan sebagai sumber penghidupan, karena dengan demikian petani tersebut dapat menanam serta memungut hasilnya sebagai bahan makanan maupun bahan dagang. Hasil ini bisa dimanfaatkan sendiri sebagai pola hidup subsisten ataupun dijual untuk memenuhi kepentingan yang lain.
Profil tanah merupakan kumpulan berbagai macam lapisan tanah. Horison-horison tanah diberi tanda dengan huruf, dari lapisan atas sampai dibawah dengan huruf : O, A, B, C dan R. Horison O adalah profil tanah bagian atas yang terdiri dari seresah tanah atau bahan organik tanah yang masih segar, lapisan ini merupakan guguran dari daun-daun dan ranting pohon yang menutupi lapisan atas tanah. Bagian horison O merupakan horison "Organik" yang terdiri dari beberapa lapisan L = litter, F = Fermentation, dan H = Humus.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgznnRklx-2j-lBzHL-izh7vHZY70W8CD9Tyr9YTSaeyVq0Bt6RwZtXpfvg-wEH7jp-xpgCvdng2H0Ye77V2bRay5XH65FX2dL601hdmuqyX2fVqh5aVVSl3gI2aN7pjNenTky1rkKU97o/s400/definisi-tanah.png
Horison A merupakan hasil pelapukan dari horison O, disini terjadi pelarutan unsur-unsur hara dan senyawa lain yang dibawa air infiltrasi ke lapisan dibawahnya. Terjadi proses leaching yaitu proses pencucian unsur hara oleh air.
Horison B merupakan horison yang miskin bahan organik. Kegiatan mikrobia hampir tidak ada, lebih padat dan warnanya lebih merah. Sebagai horison akumulasi unsur-unsur hara dan senyawa-senyawa horison pencucian yang tercuci.
Horison C adalah horison yang terdiri dari bahan induk tanah, merupakan batuan yang sebagian sudah mengalami pelapukan.
Tanah yang subur dipengaruhi juga oleh organisme seperti bakteri, jamur, dan organisme lain yang menguraikan limbah dalam tanah dan menyediakan unsur hara. Unsur hara memberikan pertumbuhan bagi tanaman. Pupuk dan pestisida dapat membatasi kemampuan organisme tanah untuk menguraikan limbah. Akibat penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan dapat merusak produktivitas tanah. Pencemaran tanah disebabkan oleh hasil pembuangan limbah yang mengandung bahan-bahan anorganik yang sukar terurai dalam tanah seperti plastik, kaca, dan kaleng. Bahan-bahan ini sukar diuraikan oleh organisme dan mengakibatkan produktivitas tanah akan berkurang. Jika limbah atau sampah yang dibuang mudah terurai oleh mikroorganisme, bahan-bahan itu akan mengalami proses pembusukan kemudian terurai dan menyatu dengan tanah sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Dampak langsung akibat limbah yang dirasakan manusia adalah timbulnya bau yang tidak sedap dan kotor. Dampak yang tidak langsung diantaranya tempat pembuangan limbah dapat menjadi tempat berkembangnya organisme penyebab penyakit. Organisme ini dapat menyebabkan pernyakit ataupun hanya sebagai vektor (pembawa) penyakit yang merugikan manusia. Adapun penyakit yang dapat berkembang pada daerah berlimbah yang tidak terjadi sanitasinya seperti pes, kaki gajah, malaria, demam berdarah ataupun penyakit yang lain.
Penyebab pencemaran tanah diantaranya sampah-sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan oleh bakteri. Upaya untuk mengurangi penumpukan sampah adalah dengan melakukan daur ulang sampah anorganik.
Bahan-bahan yang tidak bisa terurai seharusnya dapat dipisahkan kemudian dimasukan dalam proses daur ulang. Proses daur ulang yang dilakukan membuat limbah diolah kembali menjadi barang yang dapat dipergunakan. Barang hasil daur ulang dapat berupa barang yang sama dengan asalnya ataupun dapat memproduksikan barang yang berbeda.
Limbah padat mungkin merupakan bentuk yang paling terlihat dari Pencemaran. Setiap tahun, orang membuang miliaran ton sampah padat. Industri limbah account untuk sebagian besar bahan dibuang. Limbah padat dari rumah, kantor, dan toko disebut limbah padat perkotaan. Ini termasuk kertas, plastik, kaca, kaleng logam, sisa makanan, dan hiasan halaman. Limbah lainnya dibuang terdiri dari mobil, besi tua, bahan sisa dari proses pertanian, dan limbah pertambangan dapat merusak tanah.
Penanganan limbah padat menjadi masalah karena metode pembuangannya merusak mencemari lingkungan. Pembuangan terbuka merusak keindahan tanah alam dan menyediakan persembunyian untuk tikus dan hewan pembawa penyakit. Kedua pembuangan terbuka dan landfill (daerah penanaman limbah) dapat mengandung racun yang meresap ke dalam air tanah atau mengalir ke sungai dan danau. Kegiatan Pembakaran limbah padat menciptakan asap dan Pencemaran udara lainnya. Bahkan pembakaran limbah dapat melepaskan bahan kimia beracun, abu, dan logam berat berbahaya yang langsung akan dilepas  ke udara, yang membahayakan lingkungan.
Pada awalnya jenis tanah dikalsifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
  • Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,
  • Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief,
  • Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.
Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah (taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis. Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah dibedakan atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri. Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Keduabelas ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
  1. Alfisols. Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols.
  2. Andisols. Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.
  3. Aridisol.  Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).
  4. Entisols. Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah.
  5. Gelisols. Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di Indonesia
  6. Histosols. Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah gambut.
  7. Inceptisols. Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei humik dan glei humik rendah.
  8. Mollisols. Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.
  9. Oxisols. Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.
  10. Spodosols. Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.
  11. Ultisols. Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
  12. Vertisols. Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah grumosol.
Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005).
Bahan organik tanah umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3 – 5 % tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
  • Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah
  • Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain
  • Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
  • Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (Kapasitas Pertukaran Kation tanah menjadi lebih tinggi)
  • Sumber energi bagi mikroorganisme.
Sumber bahan organik tanah yang utama adalah hasil fotosintesis yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri serta sisa tanaman lainnya termasuk rumput, gulma dan limbah.
Bahan organik di dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus.  Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah.
pH tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain terdapat juga ion hidroksida (OH-), yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibandingakan dengan jumlah ion OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari ion H+. Jika ion H+ dan ion OH- sama banyak di dalam tanah atau seimbang, maka tanah bereaksi netral.
Pentingnya pH tanah untuk diketahui, yaitu untuk :
  • Menentukan mudah tidaknya unsur hara mudah diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH netral tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut di dalam air. Sebagai contoh pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap oleh tanaman karena diikat oleh unsur Al, sedangkan pada tanah alkalis unsur   P juga tidak dapat diserap oleh tanaman karena diikat oleh unsur Ca.
  • Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun
  • Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme
Tanah terdiri dari butir-butir tanah dari berbagai ukuran. Bahan tanah yang berukuran lebih dari 2 m disebut bahan kasar yaitu kerikil sampai batu, sedangkan bahan-bahan tanah yang lebih halus dapat dibedakan menjadi: Pasir dengan ukuran 2mm - 50µ, debu dengan ukuran 50µ- 2µ dan lempung dengan ukuran kurang dari 2µ. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan lempung. Tekstur tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menahan air dan juga reaksi kimia tanah. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit untuk menahan air maupun unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur lempung mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah yang bertekstur kasar. Tanah-tanah yang bertekstur halus mempunyai kemampun menyimpan air dan hara makanan bagi tanaman.
            Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan lempung terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda.  Tanah yang dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau yang saling melekat menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal.
Selanjutnya menurut Hardjowigeno (1987), tanah yang berstruktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk, di samping itu tanah tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan.
2.2         Potensi Tanah Bagi Kehidupan
            Tanah di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi lahan potensial dan lahan kritis.  Lahan potensial adalah lahan atau tanah yang mampu dimanfaatkan secara optimal bagi kehidupan manusia. Hal ini berarti lahan ini tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai areal bercocok tanam melainkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat. Contoh lahan yang potensial digunakan untuk bercocok tanam ternyata memiliki potensi lain untuk digunakan sebagai pemukiman maupun lahan industri. Kriteria untuk mengukur lahan potensial tidak sama, setiap wilayah memiliki kriteria berbeda-beda sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Berikut akan dibahas berbagai potensi lahan potensial yang ada di Indonesia.
a.    Lahan Pegunungan
Lahan pegunungan memiliki kemiringan antara 150-300 dengan ketinggian 10 meter-300 meter di atas permukaan laut. Daerah dengan intensitas erosi relatif kecil walaupun surah hujannya besar. Kesuburan tanah tergantung pada batuan induk pembentukan pegunungan serta tingkat pelapukannya.
Lahan potensial di daerah pegunungan sangat cocok digunakan sebagai tempat perkebunan. Hambatan daerah ini adalah longsor dan erosi. Usaha penanggulangan dilakukan dengan penanaman pohon pelindung dan teknik pengolahan tanah sengkedan.
b.    Daerah Dataran Rendah
Lahan potensial di daerah dataran rendah memiliki ciri, diantaranya kemiringan lereng antara 30-150 dengan perbedaan ketinggian antara 5-10 meter di atas permukaan laut. Lahan ini memiliki pengikisan relatif kecil sedangkan tata airnya cukup baik. Umumnya tanah ini merupakan endapan aluvial hasil erosi yang diangkut oleh air sungai yang mengalir dari aderha vulkanis sehingga tanah ini memiliki kesuburan yang tinggi.
Lahan ini sangat baik digunakan untuk pertanian intensif. Kendalanya adalah terutama gangguan genangan air yang terlalu lama, apabila setelah banjir. Penanggulangan yang bisa dilakukan adalah penggunaan lahan secara teratur disesuaikan dengan kondisi fisik setempat serta memperhatikan saluran pembuangan air.
c.    Daerah Pantai
Lahan potensial di daerah pantai memiliki kemiringan kurang dari 30 dan perbedaan ketinggian kurang dari 5 mater di atas permukaan laut, serta umumnya terdapat pantai yang datar. Dengan perbedaan kemiringan dan perbedaan ketinggian yang rendah, lahan pantai terletak pada daerah pasang surut air laut. Daerah ini banyak ditumbuhi pohon bakau. Hutan bakau sangat bermanfaat untuk menahan abrasi dan mencegah perembesan air laut.
Lahan potensial di daerah pantai dapat dimanfaatkan untuk usaha tambak udang dan badeng. Kendalanya adanya pasang-surut air, namun dengan membuat sistem saluran dan pengaturan air yang tepat dapat mengatasi kendala tersebut. Selain itu, daerah ini dapat dimanfaatkan untuk usaha penggaraman dan usaha wisata bahari.
            Sedangkan lahan kritis adalah lahan yang kemampuan produksinya sangat kurang baik dalam bidang pertanian, industri, permukiman atau keperluan lainnya. Jika lahan kritis dihubungkan dengan pertanian, lahan  kritis yang dimaksud adalah laha tandus dan sudah tidak mampu berproduksi lagi. Di lahan kritis biasanya sifat-sifat fisik dan sifat kimia tanah sudah hilang. Hampir seluruh lapisan tanah paling atas juga sudah hilang, hal ini disebabakan oleh cepatnya proses erosi dan transfortasi pada tanah tersebut sementara proses pembentukan tanah memakan waktu yang relatif lama. Berikut akan dibahas lahan kritis di derah pegunungan, dataran rendah dan di daerah pantai.
a.    Daerah Pegunungan
Lahan kritis di daerah pegunungan disebabakan oleh adanya longsor, erosi atau tanah rayap. Lapisan tanah yang paling atasnya hampir habis. Sisanya tinggal tanah tandus bahkan dalam bentuk tanah cadas atau keras. Lahan  kritis ini banyak dijumpai di lereng terjal dengan tanah terbuka dan tandus, atau di pegunungan yang hutannya sudah rusak
b.    Dataran Rendah
Di dataran rendah juga ditemukan lahan kritis, lahan ini biasanya disebabkan oleh genangan air atau proses sedimentasi atau pengendapan bahan tertentu yang menutupi lapisan tanah yang subur. Penyebab utamanya adalah tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga ketika hujan tidak dapat mengalir dan tergenang di daerah tersebut.
c.    Daerah Pantai
Terjadinya abrasi biasanya menyebabkan terjadinya lahan kritis di sekitar pantai, karena lapisan sedimen akan hancur dan lenyap. Kejadian ini biasanya terjadi pada muara sungai yang pantainya terbuka dengan gelombang laut besar.
Lahan kritis terjadi karena ketidak seimbangan pemanfaatn dan pengolahan atau kecerobohan dalam pengolahan lahan. Oleh karena itu lahan kritis sebenarnya dapat ditanggulangi diantaranya dengan cara mencegah penebangan hutan yang berlebihan, reboisasi atau penanaman hutan kembali, pemupukan yang seimbang terutama penggunaan pupuk alam dan pengolahan tanah yang tepat misalnya dengan membuat sengkedan.
2.3    Kerusakan Tanah dan Pencegahannya
       Salah satu peristiwa yang dapat menyebabkan kerusakan tanah adalah erosi. Erosi tidak hanya menyebabkan kerusakan tanah di tempat erosi, tetapi juga kerusakan-kerusakan di tempat lain, yaitu di tempat hasil-hasil erosi itu diendapkan. Kerusakan erosi tanah di tempat terjadinya erosi terutama akibat hilangnya sebagian tanah dari tempat tersebut karena erosi. Hilangnya sebagian tanha mengakibatkan hal-hal berikut.
a.       Penurunan produktivitas tanah
b.      Kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman
c.       Kualitas tanah menurun
d.      Laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang
e.       Struktur tanah menjadi rusak
f.       Lebih banyak tenaga diperlukan untuk mengolah tanah
g.      Erosi gully dan tebing (longsor) menyebabkan lahan terbagi-bagi dan mengurangi luas lahan yang dapat ditanami
h.      Pendapatan petani berkurang
Kerusakan juga bisa dialami di tempat yang menjadi penerima erosi. Erosi dapat memindahkan tanah sebagai senyawa-senyawa kimia yang ada di dalamnya seperti unsur-unsur hara tanaman (nitrogen, posfor, dan bahan organik lainnya) atau sisa-sisa pestisida dan herbisida (DDT dan Endrin).
Adapun pengendapan  tanah-tanah yang bererosi dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut.
  1. Pendangkalan sungai seehingga kapasitas sungai menurun, akibatnya terjadi banjir
  2. Tanah-tanah yang subur terkadang menurun kualitasnya dan menjadi rusak karena tertimbun oleh batu-batuan, pasir, dan kerikil di tempat lain.
  3. Jika digunakan sebagai air minum, air yang kotor tersebut diperlukan banyak biaya untuk membersihkannya.
  4. Akibat air yang kerruh akan mengurangi fotosintesa dari tanaman (karena sinar matahari sulit menembus air)
  5. Perubahan-perubahan dalam jumlah bahan yang diangkut mempengaruhi keseimbangan sungai tersebut.
  6. Polusi sedimen terkadang dapat memberi pengaruh baik, yaitu jika terjadi pengendapan tanah-tanah subur, misalnya tanah aluvial disekitar sungai.
Erosi adalah proses penghancuran tanah dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Di Indonesia erosi sering terjadi karena disebabkan oleh air. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi erosi tanah dengan menggunakan metode pengawetan  tanah. Metode pengawetan tanah umumnya digunakan untuk:
a.       Melindungi tanah dari curahan hujan langsung air hujan
b.      Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah
c.       Mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah)
d.      Meningkatkan stabilitas agregat tanah
Metode pengawetan tanah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
  1. Metode Vegetatif
Metode vegetatif  adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif dalam pengontrolan erosi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengawetkan tanah diantaranya:
1)      Penghijauan, yaitu penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman tahunan seperti angsana, akasia, dan flamboyan. Fungsi dari penanaman untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu atau kotoran di udara.
2)       Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras seperti pinus, jati, rasamala, dan cemara. Fungsinya untuk menahan erosi serta nantinya kayunya dapat dimanfaat untuk berbagai keperluan.
3)      Penanaman secara kontur, yaitu dengan menanami lahan searah dengan kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah.
4)      Penanaman tumbuhan penutup tanah, yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras, seperti pinus, jati dan cemara. Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan, memperlambat erosi dan memperkaya bahan organik tanah.
5)      Penanaman tanaman secara berbaris, yaitu dengan melakukan penanaman secara berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah angin. Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman diperbesar, sedangkan pada kemiringan lebih dari 80 jarak tanaman dapat dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi serta dapat mempertahankan kesuburan tanah.
6)      Pengiliran tanaman, yaitu penanaman tanaman secara bergantian dalam satu lahan fungsinya untuk menjaga kesuburan tanah.
  1. Metode Mekanik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan (run off), menampung, dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak. Beberapa cara umum dilakukan pada metode mekanik antara lain:
1)      Pengolahan tanah menurut garis kontur, yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar resapan air
2)      Pembuatan tanggul atau  guludan atau pematang bersaluran, yaitu dalam pembuatan tanggul sejajar kontur. Fungsinya agar air hujan dapat tertampung dan meresap ke dalam tanah.
3)      Pembuatan teras (terasering), yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air, dan mengurangi erosi.
4)      Pembuatan saluran ini (drainase). Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek sehingga aliran dapat diperlambat dan mengatur aliran sampai ke sungai.
Metode pengawetan tanah akan sangat efektif jika metode mekanik dikombinasikan dengan metode vegetatif, misalnya terasering dan buffering.
  1. Metode Kimia
Metode kimia dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan aggregat (strktur tanah). Tanah dengan struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan, sehingga air infiltrasi tetap besar dan aliran air permukaan (run off) tetap kecil.
Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan, walaupun cukup efektif  tetapi biayanya mahal. Beberapa jenis bahan kimia yang banyak digunakan adalah bitumen dan krilium. Emulsi dari bahan kimia ini dicampur dengan air sehingga akan menghasilkan hasil yang maksimal untuk mengurangi dampak erosi.




2.4    Batuan dan Proses Pembentukannya
Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya tersusun oleh kumpulan atau kombinasi dari satu macam mineral atau lebih. Batuan pembentuk kulit bumi selalu mengalami siklus atau daur. Batuan dapat dibentuk oleh berbagai jenis batuan dan mineral. Batuan adalah massa yang terdiri atas satu atau bermacam mineral dengan komposisi kimia yang tetap sehingga dengan jelas dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Induk dari segala jenis batuan adalah magma. Magma merupakan batuan cair pijar yang bersuhu tinggi (9000C-12000C) yang terjadi dari berbabagai mineral serta gas yang larut di dalamnya. Berikut ini akan disajikan gambar proses pembentukan batuan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYoW0D4HyQLtK_10bMjc4ooSkmjccshuERU6SmYUTQNDV-klutAMCiBJu6Shka3Ck4-wx8ZY7wO0dGa6U6gTa4LJGl4OVb8BFMaBBLorVzE3kRbAZ-ZtE7qVL2IycjkyVE4BUZnqjaMXE/s400/rock-cycle.jpg
Secara umum berdasarkan proses pembentukannya batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: batuan beku, batuan sedimen dan batuan malihan atau meetamorfosis.
a.    Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku
1. Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
·         Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.
·         Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
·         Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.
·         Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
·         Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
·         Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
·         Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran
2. Struktur Batuan Beku Intrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
  1. Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh
batuan ini yaitu :
  • Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya
  • Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter
  •  Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter
  • Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telat terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer
  1. Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh
batuan ini yaitu:
  • Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
  • Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
  • Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil

b.   Batuan Sedimen
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan (transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras (membatu) akan menjadi batuan sedimen. Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari batuan beku yang mengalami pelapukan.
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju/gletser. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.
Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu :
a) Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.
b) Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
c) Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen. Material yang menyusun batuan sedimen adalah lumpur, pasir, kelikir, kerakal, dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan sedimen apabila mengalami proses pengerasan. Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan atau pembatuan (lithifikasi) yang melibatkan proses pemadatan (compaction), sementasi (cementation) dan diagenesa dan lithifikasi. Ciri-ciri batuan sedimen adalah: (1). Berlapis (stratification), (2) Umumnya mengandung fosil, (3) Memiliki struktur sedimen, dan (4). Tersusun dari fragmen butiran hasil transportasi.
Batuan sedimen dapat dibedakan menjadi batuan sedimen klastik, sedimen kimiawi dan sedimen organik. Batuan sedimen klastik  adalah batuan sedimen yang mengalami penghancuran dari bongkahan besar ke bongkahan kecil tanpa merubah susunan kimianya. Contohnya batuan beku yang pecah menjadi kecil-kecil. Batuan sedimen kimiawi  adalah batuan sedimen berubah susunan kimianya. Contohnya batuan yang mengalami pelarutan, seperti batu gamping (CaCO3) yang larut menjadi bentukan stalaktit dan stalagmit. Batuan sedimen organik pada waktu pengendapannya mendapat pengeruh dari organisme, seperti sisa-sisa tumbuhan, hewan dan manusia.
Contoh batuan sedimen, antara lain breksi, konglomerat, batu gamping (batu kapur), batu pasir, dan batu lempung. Breksi adalah batuan sedimen yang material penyusunnya memiliki sudut runcing, sedangkan konglomerat adalah batuan sedimen yang material penyusunnya memiliki sudut yang tumpul.
Pada umumnya batuan sedimen dapat dikenali dengan mudah dilapangan dengan adanya perlapisan. Perlapisan pada batuan sedimen disebabkan oleh (1) perbedaan besar butir, seperti misalnya antara batupasir dan batulempung; (2) Perbedaan warna batuan, antara batupasir yang berwarna abu-abu terang dengan batulempung yang berwarna abu-abu kehitaman. Disamping itu, struktur sedimen juga menjadi penciri dari batuan sedimen, seperti struktur silang siur atau struktur gelembur gelombang. Ciri lainnya adalah sifat klastik, yaitu yang tersusun dari fragmenfragmen lepas hasil pelapukan batuan yang kemudian tersemenkan menjadi batuan sedimen klastik. Kandungan fosil juga menjadi penciri dari batuan sedimen, mengingat fosil terbentuk sebagai akibat dari organisme yang terperangkap ketika batuan tersebut diendapkan.
                                
                 Gambar Batu Sedimen
Pada hakikatnya, struktur sedimen dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu struktur sedimen primer dan struktur sedimen sekunder, namun demikan berdasarkan proses pembentukan batuan sedimen, maka struktur sedimen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :1. struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan ; 2. struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi (struktur primer); 3. struktur sedimen yang terbentuk setelah pembentukan batuan sedimen (struktur sekunder).
1. Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan (lithifikasi)
Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan dapat terjadi di bagian atas lapisan, sebelum lapisan atau endapan yang lebih muda atau endapan baru di endapkan. Struktur sedimen ini merupakan hasil kikisan, ’scour marks’, ’flutes’, ’grooves’, ’tool marking’ dan sebagainya. Struktur-struktur ini sangat penting untuk menentukan arah aliran atau arah sedimentasi.
Struktur sedimen. Mudcracks .
Struktur sedimen. Sole marks. pada batupasir
Struktur sedimen. Load casts.
Struktur sedimen .Jejak Dinosaurus.
(Dinosaur tracks)

2. Struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi (struktur primer)
Struktur yang terbentuk semasa proses pengendapan, antara lain adalah perlapisan mendatar (flat bedding), perlapisan silang-siur (cross bedding), laminasi sejajar (paralel lamination), dan ripple mark.

Struktur sedimen. graded bedding.
Struktur sedimen silang siur sejajar
(cross-stratification tabular sets)

Struktur sedimen .Multiple trough
cross-stratification.

Struktur sedimen .Tulang-ikan silangsiur.
(herringbone cross-stratification)

Struktur .hummocky cross-stratification.
Struktur ripple / antidunes
(ripples or antidunes structures)

Struktur Gelembur gelombang
(wave ripples structures)

Struktur sedimen .Convolute laminations.



3. Struktur yang terbentuk setelah proses pengendapan
Struktur ini terbentuk selepas sedimen terendap. Ini termasuklah struktur beban, ’pseudonodules’ dimana sebagian lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan lumpur di bawahnya, laminasi konvolut (convolute lamination) dan sebagainya. Struktur nendatan, hasil dari pergerakan mendatar sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam struktur selepas endapan. Nendatan boleh berlaku di tebing sungai, delta dan juga laut dalan dan ianya sangat berguna untuk menentukan arah cerun kuno.
Deformasi struktur sedimen silangsiur
Deformasi akibat liquafaction
Clastic dike in a turbidite sequence
injected from overpressed sand layer
Partly destroyed bedding
by burrowing organisms


c.    Batuan Malihan
Kata metamorfosa berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metamorphism” dimana “meta” yang artinya “berubah” dan “morf” yang artinya bentuk. Dengan demikian pengertian metamorfosa dalam geologi adalah merujuk pada perubahan dari kelompok mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang mengalami tekanan dan temperatur yang berbeda dengan tekanan dan temperatur saat batuan tersebut pertama kalinya terbentuk.
Batuan malihan (metamorf) adalah jenis batuan yang terbentuk karena pengaruh panas, tekanan, atau keduanya. Panas dihasilkan dari aktivitas vulkanik dan tekanan dihasilkan dari pergerakan bumi seperti gempa atau letusan gunung berapi. Pada suhu dan tekanan yang tinggi, serta waktu yang lama batuan beku atau sedimen akan berubah menjadi batuan malihan dengan mengubah mineralnya menjadi mineral baru. Contoh batuan malihan adalah batu kapur (gamping) berubah menjadi marmer (pualam) dan batu lempung yang berubah menjadi batu kapur yang berubah menjadi batu sabak. Batuan malihan umumnya keras dan tahan terhadap erosi.
Batuan yang terbentuk dari proses perubahan batuan asal (batuan beku maupun sedimen), baik perubahan bentuk/struktur maupun susunan mineralnya akibat pengaruh tekanan dan/atau temperatur yang sangat tinggi, sehingga menjadi batuan yang baru.
  • Batuan metamorf kontak/sentuh/termal = batuan malihan akibat bersinggungan dengan magma, contoh: marmer, kuarsit, batutanduk
  • Batuan metamorf tekan/dinamo/kataklastik = batuan malihan akibat tekanan yang sangat tinggi, contoh: batusabak, sekis, filit
  • Batuan metamorf regional/dinamo-termal = batuan malihan akibat pengaruh tekanan dan temperatur yang sangat tinggi, contoh: genes, amfibolit, grafit
http://museum.bgl.esdm.go.id/images/stories/Museum/Batuan%20Metamorf1.jpg

Tenaga yang berasal dari luar dapat menyebabkan berubahnya struktur dari batuan, meliputi pelapukan dan erosi.
1.    Pelapukan
Pelapukan bisa terjadi pada batuan. Pelapukan adalah proses penghancuran atau pengerusakan masa batuan oleh zat penghancur. Pelapukan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
  1. Pelapukan mekanik, adalah proses pelapukan berupa penghancuran bongkahan batu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil tanpa mengubah unsur kimianya. Faktor-faktor yang mengakibatkan pelapukan mekanik antara lain sebagai berikut.
·         Perbedaan temperatur, akibatnya batuan akan mengalami proses pemuaian akibat panas dan sekaligus pengerutan pada waktu dingin. Jika proses ini berlangsung terus menerus, lambat laun batuan akan mengelupas, kemudian terbelah dan pecah menjadi bongkah-bongkah kecil.
·         Akibat erosi di daerah pegunungan dan akibat membekunya air di sela-sela batuan. Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar sehingga air tersebut akan menjadi sebuah tenaga tekanan yang akan merusak struktur batuan
·         Pengaruh kegiatan makluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Akar tumbuhan akan dapat merusak struktur batuan, begitu juga dengan hewan yang selalu membawa butir-butir batuan dari tanah ke permukaan. Selain makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan, manusia juga memberikan andil dalam terjadinya pelapukan mekanik (fisik).
·         Berubahnya air garam menjadi kristal. Jika air tanah mengandung garam, pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan sekitarnya, terutama batuan karang disekitarnya.
  1. Pelapukan Kimia, adalah proses penghancuran batuan yang disertai dengan mengubah susunan kimiawi batuan yang terlapukkan.
  2. Pelapukan Organik, adalah pelapukan batuan hasil pengerjaan makhluk hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia.
2.    Erosi
Erosi adalah pengikisan batuan atau tanah oleh massa zat yang bergerak, seperti sungai, angin, gelombang laut atau gletser. Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya erosi adalah iklim, dalam hal ini adalah air hujan; tanah, berkaitan dengan sifat tanah yang menentukan mudah tidaknya tanah tererosi; topografi meliputi kemiringan dan panjang lereng; vegetasi berkaitan dengan melindungi permukaan tanah dari air hujan; penggunaan lahan berhubungan dengan perubahan penggunaan lahan yang dapat mempercepat atau memperlambat terjadinya erosi.




















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Tanah terbentuk dari hasil interaksi antara berbagai faktor ,yaitu iklim, organisme, bahan induk, relief(topografi), dan waktu. Jenis tanah di indonesia pada umumnya subur. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
1.         Wilayah indonesia terletak pada jalur gunung api dunia sehingga banyak material vulkanik yang menyebabkan tanah subur.
2.         Indonesia terletak pada daerah beriklim tropis dengan tingkat pelapukan, baik fisik maupun kimia sangat cepat sehingga proses pembentukan tanah cepat pula.
3.         Akibat pergantian musim hujan dan musim kemarau yang normal menyebabkan sirkulasi udara dalam tanah normal juga dan kesuburan tanah tetap terjaga.
Lahan potensial dapat diartikan sejauh mana sebuah tanah mampu bermanfaat secara optimal bagi kehidupan manusia. Ini berati lahan ini tidak hanya berhubungan dengan bercocok tanam, tetapi dapat juga untuk keperluan lain yang bermanfaat.
Lahan kritis adalah lahan yang kemampuan produksinya sangat kurang, baik dalam bidang pertanian, industri, permukiman atau keperluan lainya. Jika lahan kritis dihubungkan dengan lahan pertanian, lahan kritis yang dimaksud adalah lahan tandus dan sudah tidak mampu berproduksi lagi.
Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser, atau gravitasi. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi erosi tanah adalah dengan menggunakan metode pengawetan tanah. Metode pengawetan tanah pada umumnya  dilakukan untuk :
1.      Melindungi tanah dari curahan langsung air hujan.
2.      Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah
3.      Mengurangi run off  (aliran air dipermukaan tanah)
4.      Meningkatkan stabilitas agregat tanah.
Batuan adalah massa yang terdiri dari atas satu atau lebih macam mineral dengan komposisi kimia yang tetap. Secara umum batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan besar, yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan malihan. Perubahan bentuk permukaan bumi dipengaruhi oleh dua tenaga, yaitu tenaga eksogen dan tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang terdiri atas tektonisme, vulkanisme, dan gempa bumi. Adapun tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar permukaan bumi, terdiri atas pelapukan, erosi, masswasting, dan sedimentasi.
Perubahan batuan yang mengarah pada kerusakan di muka bumi dinamakan degradasi. Degradasi adalah penurunan kualitas maupun kerusakan lahan. Kerusakan yang terjadi pada lapisan batuan merupakan masalah yang dapat mengancam kehidupan di muka bumi. Hal ini karena disebabakan oleh batuan merupakan lapisan yang memiliki peranan penting sebagai tempat hidup manusia, hewan dan tumbuhan.



























DAFTAR PUSTAKA

Endarto, Danang. 2009. Geografi I SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Hestiyanto, Yusman. 2007. Geografi I SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira.

Huda, Nurul & Somantri, Lili. 2010. Advanced Learning Geography 1. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Khosim, Amir & Marlina, Kun. 2008. Geografi SMA/MA Kelas X (Diknes). Jakarta: Grasindo.

Sutrijat, Sumad. 1999. Geografi I. Jakarta: Depdikbud.

Wardianto, K. 2006. Geografi. Jakarta: Erlangga.

























No comments:

Post a Comment