BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah dan batuan memiliki peran penting
dalam kehidupan manusia. Tanah adalah benda atau bahan alami yang berfungsi
untuk menumbuhkan tanaman. Tanah terbentuk dari hasil interaksi antara berbagai
faktor, yaitu iklim, organisme, bahan induk, relief (topografi) dan waktu. Tanah
sangat penting bagi makhluk hidup di muka bumi ini. Tanah dapat digunakan
sebagai tempat bermukim, tempat bercocok tanam, pendirian berbagai tempat usaha
serta untuk kebutuhan lainnya. Dengan pertambahan jumlah penduduk setiap tahun
jumlah areal tanah di Indonesia semakin berkurang, sehingga tanah semakin hari
memiliki harga yang cukup mahal.
Sedangkan batuan adalah massa yang
terdiri atas satu atau berbagai macam mineral dengan komposisi kimia yang tetap
sehingga dengan jelas dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Batuan
dibentuk dari magma, magma merupakan batuan cair pijar yang bersuhu tinggi (9000-12000)
yang terjadi dari berbagai mineral dann gas yang terkandung di dalamnya. Sama
halnya dengan tanah, batuan memiliki peranan yang cukup penting bagi kehidupan
makhluk hidup di muka bumi ini. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dalam
makalah ini akan dibahas lebih rinci terkait dengan materi tanah dan batuan
serta kegunaannya bagi kehidupan di muka bumi.
1.2
Rumusan Masalah
Masalah yang
diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana
proses pembentukan tanah?
b. Apa kandungan
yang terdapat di dalam tanah?
c. Apa penyebab
kerusakan batuan?
d. Bagaimana
proses pembentukan batuan?
e. Apa jenis batuan
yang ada di Indonesia
f. Apa penyebab
kerusakan batuan?
1.3
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui secara lebih jelas terkait dengan
proses peembentukan tanah, kandungan tanah, kerusakan tanah, pembentukan
batuan, jenis batuan dan penyebab kerusakan batuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Tanah dan
Kandungan yang Ada di Dalamnya
Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian
besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat
mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah mempunyai sifat
yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam
jangka waktu tertentu. Istilah
tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki sebagian besar
daratan permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, serta
menjadi tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Menurut pandangan dan pengertian
yang diberikan oleh para ahli tanah adalah sebagai berikut :
- Tanah adalah bentukan alam,
seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang mempunyai sifat
tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang
membentuknya di alam.
- Tanah adalah sarana produksi
tanaman yang mampu menghasilkan berbagai tanaman.
Tanah mempunyai beberapa sifat yang menentukan kualitas
tanah seperti sifat biologi, sifat fisik dan sifat kimia. Tanah bagian paling
atas sering disebut top soil, selanjutnya ada lapisan-lapisan dibawahnya
sehingga terbentuk profil tanah.
Manfaat tanah dalam kehidupan bukan saja untuk manusia tetapi
juga mahluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuhan. Berbagai sudut pandang
dari manfaat tanah tergantung kepentingan orang yang memanfaatkannya. Untuk
seorang petani tradisional memanfaatkan tanah sebagai lingkungan tempat tinggal
dan sebagai sumber penghidupan, karena dengan demikian petani tersebut dapat
menanam serta memungut hasilnya sebagai bahan makanan maupun bahan dagang.
Hasil ini bisa dimanfaatkan sendiri sebagai pola hidup subsisten ataupun dijual
untuk memenuhi kepentingan yang lain.
Profil tanah merupakan kumpulan berbagai macam lapisan tanah.
Horison-horison tanah diberi tanda dengan huruf, dari lapisan atas sampai
dibawah dengan huruf : O, A, B, C dan R. Horison O adalah profil tanah bagian
atas yang terdiri dari seresah tanah atau bahan organik tanah yang masih segar,
lapisan ini merupakan guguran dari daun-daun dan ranting pohon yang menutupi
lapisan atas tanah. Bagian horison O merupakan horison "Organik" yang
terdiri dari beberapa lapisan L = litter, F = Fermentation, dan H = Humus.
Horison
A merupakan hasil pelapukan dari horison O, disini terjadi pelarutan
unsur-unsur hara dan senyawa lain yang dibawa air infiltrasi ke lapisan
dibawahnya. Terjadi proses leaching yaitu proses pencucian unsur hara oleh air.
Horison
B merupakan horison yang miskin bahan organik. Kegiatan mikrobia hampir tidak
ada, lebih padat dan warnanya lebih merah. Sebagai horison akumulasi
unsur-unsur hara dan senyawa-senyawa horison pencucian yang tercuci.
Horison
C adalah horison yang terdiri dari bahan induk tanah, merupakan batuan yang
sebagian sudah mengalami pelapukan.
Tanah yang subur dipengaruhi juga oleh organisme seperti
bakteri, jamur, dan organisme lain yang menguraikan limbah dalam tanah dan
menyediakan unsur hara. Unsur hara memberikan pertumbuhan bagi tanaman. Pupuk
dan pestisida dapat membatasi kemampuan organisme tanah untuk menguraikan
limbah. Akibat penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan dapat merusak
produktivitas tanah. Pencemaran
tanah disebabkan oleh hasil pembuangan limbah yang mengandung bahan-bahan
anorganik yang sukar terurai dalam tanah seperti plastik, kaca, dan kaleng.
Bahan-bahan ini sukar diuraikan oleh organisme dan mengakibatkan produktivitas
tanah akan berkurang. Jika
limbah atau sampah yang dibuang mudah terurai oleh mikroorganisme, bahan-bahan
itu akan mengalami proses pembusukan kemudian terurai dan menyatu dengan tanah
sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Dampak langsung akibat limbah yang
dirasakan manusia adalah timbulnya bau yang tidak sedap dan kotor. Dampak yang
tidak langsung diantaranya tempat pembuangan limbah dapat menjadi tempat
berkembangnya organisme penyebab penyakit. Organisme ini dapat menyebabkan
pernyakit ataupun hanya sebagai vektor (pembawa) penyakit yang merugikan
manusia. Adapun penyakit yang dapat berkembang pada daerah berlimbah yang tidak
terjadi sanitasinya seperti pes, kaki
gajah, malaria, demam berdarah ataupun penyakit yang lain.
Penyebab pencemaran tanah diantaranya sampah-sampah anorganik
yang tidak dapat diuraikan oleh bakteri. Upaya untuk mengurangi penumpukan
sampah adalah dengan melakukan daur ulang sampah anorganik.
Bahan-bahan yang tidak bisa terurai seharusnya dapat
dipisahkan kemudian dimasukan dalam proses daur ulang. Proses daur ulang yang
dilakukan membuat limbah diolah kembali menjadi barang yang dapat dipergunakan.
Barang hasil daur ulang dapat berupa barang yang sama dengan asalnya ataupun
dapat memproduksikan barang yang berbeda.
Limbah padat mungkin merupakan bentuk yang paling terlihat
dari Pencemaran. Setiap tahun, orang membuang miliaran ton sampah padat.
Industri limbah account untuk sebagian besar bahan dibuang. Limbah padat dari
rumah, kantor, dan toko disebut limbah padat perkotaan. Ini termasuk kertas,
plastik, kaca, kaleng logam, sisa makanan, dan hiasan halaman. Limbah lainnya
dibuang terdiri dari mobil, besi tua, bahan sisa dari proses pertanian, dan
limbah pertambangan dapat merusak
tanah.
Penanganan limbah padat menjadi masalah karena metode
pembuangannya merusak mencemari lingkungan. Pembuangan terbuka merusak
keindahan tanah alam dan menyediakan persembunyian untuk tikus dan hewan
pembawa penyakit. Kedua pembuangan terbuka dan landfill (daerah penanaman
limbah) dapat mengandung racun yang meresap ke dalam air tanah atau mengalir ke
sungai dan danau. Kegiatan Pembakaran limbah padat menciptakan asap dan
Pencemaran udara lainnya. Bahkan pembakaran limbah dapat melepaskan bahan kimia
beracun, abu, dan logam berat
berbahaya yang langsung akan dilepas
ke udara, yang membahayakan lingkungan.
Pada awalnya jenis tanah dikalsifikasikan berdasarkan prinsip
zonalitas, yaitu :
- Tanah zonal, yakni tanah dengan
faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,
- Tanah intrazonal, yakni tanah
dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan induk dan
relief,
- Tanah azonal, yakni tanah yang
belum mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses
pembentukan tanah.
Kemudian
dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah
(taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State
Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan
dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat
alami berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang
dipengaruhi oleh proses genesis. Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan
sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah dibedakan atas enam kategori
yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri. Pada edisi
Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Keduabelas ordo
tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols,
Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
- Alfisols. Tanah yang mempunyai epipedon
okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada
umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah
ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols.
- Andisols. Merupakan jenis tanah yang
ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik. Tanah yang ekuivalen
dengan tanah ini adalah tanah andosol.
- Aridisol. Tanah yang berada pada
regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan tanahnya kering.
Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat
(kemerahan) dan tanah arida (merah).
- Entisols. Tanah yang belum menunjukkan
perkembangan horizon dan terjadi pada bahan aluvian yang muda. Tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol dn tanah
glei humus rendah.
- Gelisols. Merupakan jenis tanah yang
memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di Indonesia
- Histosols. Tanah yang mengandung bahan
organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis 40 cm dari permukaan.
Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah
gambut.
- Inceptisols. Merupakan jenis tanah di
wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak
menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis
tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei
humik dan glei humik rendah.
- Mollisols. Tanah yang mempunyai warna
kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis tanah yang ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.
- Oxisols. Tanah yang memiliki horizon
oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan tanah. Tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.
- Spodosols. Tanah yang memiliki horizon
spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah podsolik.
- Ultisols. Tanah yang memiliki horizon
argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang menurun sesuai dengan
kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan lahan yang
tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
- Vertisols. Tanah lempung yang dapat
mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang lebar
dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
grumosol.
Di
Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols,
Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols.
Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang
mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005).
Bahan organik tanah umumnya ditemukan di permukaan tanah.
Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3 – 5 % tetapi pengaruhnya terhadap
sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman besar sekali. Adapun pengaruh bahan
organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman
adalah :
- Sebagai granulator, yaitu
memperbaiki struktur tanah
- Sumber unsur hara N, P, S,
unsur mikro dan lain-lain
- Menambah kemampuan tanah untuk
menahan air
- Menambah kemampuan tanah untuk
menahan unsur-unsur hara (Kapasitas Pertukaran Kation tanah menjadi lebih
tinggi)
- Sumber energi bagi
mikroorganisme.
Sumber bahan organik tanah yang utama adalah hasil
fotosintesis yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri serta sisa tanaman
lainnya termasuk rumput, gulma dan limbah.
Bahan organik di dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah.
Bahan organik di dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah.
pH tanah atau kemasaman
tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah,
semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain
terdapat juga ion hidroksida (OH-), yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi
dibandingakan dengan jumlah ion OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion
OH- lebih banyak dari ion H+. Jika ion H+ dan ion OH- sama banyak di dalam
tanah atau seimbang, maka tanah bereaksi netral.
Pentingnya
pH tanah untuk diketahui, yaitu untuk :
- Menentukan mudah tidaknya unsur
hara mudah diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap
oleh akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH netral
tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut di dalam air. Sebagai contoh
pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap oleh tanaman karena diikat
oleh unsur Al, sedangkan pada tanah alkalis unsur P juga tidak
dapat diserap oleh tanaman karena diikat oleh unsur Ca.
- Menunjukkan kemungkinan adanya
unsur-unsur beracun
- Mempengaruhi perkembangan
mikroorganisme
Tanah terdiri dari butir-butir tanah dari
berbagai ukuran. Bahan tanah yang berukuran lebih dari 2 m disebut bahan kasar
yaitu kerikil sampai batu, sedangkan bahan-bahan tanah yang lebih halus dapat
dibedakan menjadi: Pasir dengan ukuran 2mm - 50µ, debu dengan ukuran 50µ- 2µ
dan lempung dengan ukuran kurang dari 2µ. Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan
lempung. Tekstur tanah berkaitan
dengan kemampuan tanah untuk menahan air dan juga reaksi kimia tanah.
Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga
sulit untuk menahan air maupun unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur lempung
mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi
kimia daripada tanah yang bertekstur kasar. Tanah-tanah yang bertekstur halus
mempunyai kemampun menyimpan air dan hara makanan bagi tanaman.
Struktur
tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi
karena butir-butir pasir, debu dan lempung terikat satu sama lain oleh suatu
perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain.
Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang
berbeda-beda. Tanah yang dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir
tanah tidak melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau
yang saling melekat menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive
atau pejal.
Selanjutnya menurut Hardjowigeno (1987), tanah yang berstruktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk, di samping itu tanah tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan.
Selanjutnya menurut Hardjowigeno (1987), tanah yang berstruktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk, di samping itu tanah tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan.
2.2
Potensi Tanah Bagi Kehidupan
Tanah di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi lahan potensial dan lahan kritis. Lahan potensial adalah lahan atau tanah yang
mampu dimanfaatkan secara optimal bagi kehidupan manusia. Hal ini berarti lahan
ini tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai areal bercocok tanam melainkan dapat
dimanfaatkan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat. Contoh lahan yang
potensial digunakan untuk bercocok tanam ternyata memiliki potensi lain untuk
digunakan sebagai pemukiman maupun lahan industri. Kriteria untuk mengukur
lahan potensial tidak sama, setiap wilayah memiliki kriteria berbeda-beda
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Berikut akan
dibahas berbagai potensi lahan potensial yang ada di Indonesia.
a.
Lahan
Pegunungan
Lahan pegunungan memiliki kemiringan antara 150-300
dengan ketinggian 10 meter-300 meter di atas permukaan laut. Daerah
dengan intensitas erosi relatif kecil walaupun surah hujannya besar. Kesuburan
tanah tergantung pada batuan induk pembentukan pegunungan serta tingkat
pelapukannya.
Lahan potensial di daerah pegunungan sangat cocok
digunakan sebagai tempat perkebunan. Hambatan daerah ini adalah longsor dan
erosi. Usaha penanggulangan dilakukan dengan penanaman pohon pelindung dan
teknik pengolahan tanah sengkedan.
b.
Daerah
Dataran Rendah
Lahan potensial di daerah dataran rendah memiliki ciri,
diantaranya kemiringan lereng antara 30-150 dengan
perbedaan ketinggian antara 5-10 meter di atas permukaan laut. Lahan ini
memiliki pengikisan relatif kecil sedangkan tata airnya cukup baik. Umumnya
tanah ini merupakan endapan aluvial hasil erosi yang diangkut oleh air sungai
yang mengalir dari aderha vulkanis sehingga tanah ini memiliki kesuburan yang
tinggi.
Lahan ini sangat baik digunakan untuk pertanian intensif.
Kendalanya adalah terutama gangguan genangan air yang terlalu lama, apabila
setelah banjir. Penanggulangan yang bisa dilakukan adalah penggunaan lahan
secara teratur disesuaikan dengan kondisi fisik setempat serta memperhatikan
saluran pembuangan air.
c.
Daerah
Pantai
Lahan potensial di daerah pantai memiliki kemiringan
kurang dari 30 dan perbedaan ketinggian kurang dari 5 mater di atas
permukaan laut, serta umumnya terdapat pantai yang datar. Dengan perbedaan
kemiringan dan perbedaan ketinggian yang rendah, lahan pantai terletak pada
daerah pasang surut air laut. Daerah ini banyak ditumbuhi pohon bakau. Hutan
bakau sangat bermanfaat untuk menahan abrasi dan mencegah perembesan air laut.
Lahan potensial di daerah pantai dapat dimanfaatkan untuk
usaha tambak udang dan badeng. Kendalanya adanya pasang-surut air, namun dengan
membuat sistem saluran dan pengaturan air yang tepat dapat mengatasi kendala
tersebut. Selain itu, daerah ini dapat dimanfaatkan untuk usaha penggaraman dan
usaha wisata bahari.
Sedangkan lahan kritis adalah lahan
yang kemampuan produksinya sangat kurang baik dalam bidang pertanian, industri,
permukiman atau keperluan lainnya. Jika lahan kritis dihubungkan dengan
pertanian, lahan kritis yang dimaksud
adalah laha tandus dan sudah tidak mampu berproduksi lagi. Di lahan kritis
biasanya sifat-sifat fisik dan sifat kimia tanah sudah hilang. Hampir seluruh
lapisan tanah paling atas juga sudah hilang, hal ini disebabakan oleh cepatnya
proses erosi dan transfortasi pada tanah tersebut sementara proses pembentukan
tanah memakan waktu yang relatif lama. Berikut akan dibahas lahan kritis di
derah pegunungan, dataran rendah dan di daerah pantai.
a.
Daerah
Pegunungan
Lahan kritis di daerah pegunungan disebabakan oleh adanya
longsor, erosi atau tanah rayap. Lapisan tanah yang paling atasnya hampir
habis. Sisanya tinggal tanah tandus bahkan dalam bentuk tanah cadas atau keras.
Lahan kritis ini banyak dijumpai di
lereng terjal dengan tanah terbuka dan tandus, atau di pegunungan yang hutannya
sudah rusak
b.
Dataran
Rendah
Di dataran rendah juga ditemukan lahan kritis, lahan ini
biasanya disebabkan oleh genangan air atau proses sedimentasi atau pengendapan
bahan tertentu yang menutupi lapisan tanah yang subur. Penyebab utamanya adalah
tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga ketika hujan tidak dapat
mengalir dan tergenang di daerah tersebut.
c.
Daerah
Pantai
Terjadinya abrasi biasanya menyebabkan terjadinya lahan
kritis di sekitar pantai, karena lapisan sedimen akan hancur dan lenyap.
Kejadian ini biasanya terjadi pada muara sungai yang pantainya terbuka dengan
gelombang laut besar.
Lahan kritis terjadi karena ketidak seimbangan pemanfaatn
dan pengolahan atau kecerobohan dalam pengolahan lahan. Oleh karena itu lahan
kritis sebenarnya dapat ditanggulangi diantaranya dengan cara mencegah
penebangan hutan yang berlebihan, reboisasi atau penanaman hutan kembali,
pemupukan yang seimbang terutama penggunaan pupuk alam dan pengolahan tanah
yang tepat misalnya dengan membuat sengkedan.
2.3 Kerusakan
Tanah dan Pencegahannya
Salah satu peristiwa yang dapat
menyebabkan kerusakan tanah adalah erosi. Erosi tidak hanya menyebabkan
kerusakan tanah di tempat erosi, tetapi juga kerusakan-kerusakan di tempat
lain, yaitu di tempat hasil-hasil erosi itu diendapkan. Kerusakan erosi tanah
di tempat terjadinya erosi terutama akibat hilangnya sebagian tanah dari tempat
tersebut karena erosi. Hilangnya sebagian tanha mengakibatkan hal-hal berikut.
a.
Penurunan
produktivitas tanah
b.
Kehilangan
unsur hara yang diperlukan tanaman
c.
Kualitas
tanah menurun
d.
Laju
infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang
e.
Struktur
tanah menjadi rusak
f.
Lebih
banyak tenaga diperlukan untuk mengolah tanah
g.
Erosi
gully dan tebing (longsor)
menyebabkan lahan terbagi-bagi dan mengurangi luas lahan yang dapat ditanami
h.
Pendapatan
petani berkurang
Kerusakan juga bisa dialami di tempat yang menjadi
penerima erosi. Erosi dapat memindahkan tanah sebagai senyawa-senyawa kimia
yang ada di dalamnya seperti unsur-unsur hara tanaman (nitrogen, posfor, dan
bahan organik lainnya) atau sisa-sisa pestisida dan herbisida (DDT dan Endrin).
Adapun pengendapan tanah-tanah yang
bererosi dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut.
- Pendangkalan sungai seehingga kapasitas sungai
menurun, akibatnya terjadi banjir
- Tanah-tanah yang subur terkadang menurun kualitasnya
dan menjadi rusak karena tertimbun oleh batu-batuan, pasir, dan kerikil di
tempat lain.
- Jika digunakan sebagai air minum, air yang kotor
tersebut diperlukan banyak biaya untuk membersihkannya.
- Akibat air yang kerruh akan mengurangi fotosintesa
dari tanaman (karena sinar matahari sulit menembus air)
- Perubahan-perubahan dalam jumlah bahan yang diangkut
mempengaruhi keseimbangan sungai tersebut.
- Polusi sedimen terkadang dapat memberi pengaruh
baik, yaitu jika terjadi pengendapan tanah-tanah subur, misalnya tanah
aluvial disekitar sungai.
Erosi adalah proses penghancuran tanah dan kemudian tanah tersebut
dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Di
Indonesia erosi sering terjadi karena disebabkan oleh air. Beberapa upaya dapat
dilakukan untuk mengurangi erosi tanah dengan menggunakan metode
pengawetan tanah. Metode pengawetan
tanah umumnya digunakan untuk:
a.
Melindungi
tanah dari curahan hujan langsung air hujan
b.
Meningkatkan
kapasitas infiltrasi tanah
c.
Mengurangi
run off (aliran air di permukaan
tanah)
d.
Meningkatkan
stabilitas agregat tanah
Metode
pengawetan tanah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
- Metode Vegetatif
Metode vegetatif
adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi (tumbuhan)
pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif dalam pengontrolan
erosi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengawetkan tanah
diantaranya:
1)
Penghijauan,
yaitu penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman tahunan seperti
angsana, akasia, dan flamboyan. Fungsi dari penanaman untuk mencegah erosi,
mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu atau kotoran di udara.
2)
Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan
gundul dengan jenis tanaman keras seperti pinus, jati, rasamala, dan cemara.
Fungsinya untuk menahan erosi serta nantinya kayunya dapat dimanfaat untuk
berbagai keperluan.
3)
Penanaman
secara kontur, yaitu dengan menanami lahan searah dengan kontur. Fungsinya
untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam
tanah.
4)
Penanaman
tumbuhan penutup tanah, yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras, seperti
pinus, jati dan cemara. Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan
oleh air hujan, memperlambat erosi dan memperkaya bahan organik tanah.
5)
Penanaman
tanaman secara berbaris, yaitu dengan melakukan penanaman secara berbaris tegak
lurus terhadap arah aliran air atau arah angin. Pada daerah yang hampir datar
jarak tanaman diperbesar, sedangkan pada kemiringan lebih dari 80
jarak tanaman dapat dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi
serta dapat mempertahankan kesuburan tanah.
6)
Pengiliran
tanaman, yaitu penanaman tanaman secara bergantian dalam satu lahan fungsinya
untuk menjaga kesuburan tanah.
- Metode Mekanik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui
teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan (run off), menampung, dan menyalurkan
aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak. Beberapa cara umum
dilakukan pada metode mekanik antara lain:
1)
Pengolahan
tanah menurut garis kontur, yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur.
Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar resapan air
2)
Pembuatan
tanggul atau guludan atau pematang
bersaluran, yaitu dalam pembuatan tanggul sejajar kontur. Fungsinya agar air
hujan dapat tertampung dan meresap ke dalam tanah.
3)
Pembuatan
teras (terasering), yaitu membuat
teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang.
Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air, dan
mengurangi erosi.
4)
Pembuatan
saluran ini (drainase). Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng
panjang menjadi lereng yang pendek sehingga aliran dapat diperlambat dan mengatur
aliran sampai ke sungai.
Metode pengawetan tanah akan sangat efektif jika metode
mekanik dikombinasikan dengan metode vegetatif, misalnya terasering dan buffering.
- Metode Kimia
Metode kimia dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan aggregat
(strktur tanah). Tanah dengan struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh
pukulan air hujan, sehingga air infiltrasi tetap besar dan aliran air permukaan
(run off) tetap kecil.
Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum
banyak dilakukan, walaupun cukup efektif
tetapi biayanya mahal. Beberapa jenis bahan kimia yang banyak digunakan
adalah bitumen dan krilium. Emulsi dari bahan kimia ini dicampur dengan air
sehingga akan menghasilkan hasil yang maksimal untuk mengurangi dampak erosi.
2.4 Batuan
dan Proses Pembentukannya
Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam
yang umumnya tersusun oleh kumpulan atau kombinasi dari satu macam mineral atau
lebih. Batuan pembentuk kulit bumi selalu mengalami siklus atau daur. Batuan
dapat dibentuk oleh berbagai jenis batuan dan mineral. Batuan adalah massa yang
terdiri atas satu atau bermacam mineral dengan komposisi kimia yang tetap
sehingga dengan jelas dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Induk
dari segala jenis batuan adalah magma. Magma merupakan batuan cair pijar yang
bersuhu tinggi (9000C-12000C) yang terjadi dari
berbabagai mineral serta gas yang larut di dalamnya. Berikut ini akan disajikan
gambar proses pembentukan batuan.
Secara umum berdasarkan proses
pembentukannya batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: batuan beku,
batuan sedimen dan batuan malihan atau meetamorfosis.
a. Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api")
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan
intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif
(vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan
yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan
terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur,
penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku
telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan
kerak bumi.
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku
extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada
tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang
tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah
yang disebut sebagai struktur batuan beku
1. Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah
batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku
ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai
proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini
diantaranya:
·
Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa
batuan yang terlihat seragam.
·
Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang
terlihat sebagai lapisan.
·
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan
batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.
·
Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal
yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada
lingkungan air.
·
Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan
lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada
saat pembekuan.
·
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian
terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
·
Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan
adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran
2. Struktur Batuan Beku Intrusif
Batuan beku ekstrusif adalah
batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi.
berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur
tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
- Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang
sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh
batuan ini yaitu :
- Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan
sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya
- Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk
kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi
melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya
tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan
kedalaman ribuan meter
- Lopolith, bentuk tubuh batuan yang
merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung
ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith,
yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter
- Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati
sinklin atau antiklin yang telat terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith
berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer
- Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang
memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh
batuan ini yaitu:
- Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong
perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang.
Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan
panjang ratusan meter.
- Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki
ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada
kedalaman yang besar.
- Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan
Batolith tetapi ukurannya lebih kecil
b. Batuan Sedimen
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di
daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan
(transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin
merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras (membatu)
akan menjadi batuan sedimen. Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk
dari batuan beku yang mengalami pelapukan.
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi,
vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang
mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi.
Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju/gletser.
Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama,
karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah
mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran
sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua,
karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined)
seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah
yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada
terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat tersebut
sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif
lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah
akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut
akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang
diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan
tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan.
Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen
yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan
seperti adanya patahan.
Sedimen dapat diangkut dengan
tiga cara, yaitu :
a) Suspension: ini umumnya
terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil ukurannya (seperti lempung)
sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.
b) Bed load: ini terjadi
pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal, bongkah)
sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel
yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya
aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam.
Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa
mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
c) Saltation yang dalam
bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen berukuran pasir
dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir
sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen
pasir tersebut ke dasar.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam membawa
sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau mungkin tertahan
akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat
berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu
batuan sedimen. Material yang menyusun batuan sedimen adalah lumpur, pasir,
kelikir, kerakal, dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan sedimen
apabila mengalami proses pengerasan. Sedimen akan menjadi batuan sedimen
melalui proses pengerasan atau pembatuan (lithifikasi) yang melibatkan proses
pemadatan (compaction), sementasi (cementation) dan diagenesa dan lithifikasi.
Ciri-ciri batuan sedimen adalah: (1). Berlapis (stratification), (2) Umumnya
mengandung fosil, (3) Memiliki struktur sedimen, dan (4). Tersusun dari fragmen
butiran hasil transportasi.
Batuan sedimen dapat dibedakan menjadi batuan sedimen klastik, sedimen
kimiawi dan sedimen organik. Batuan
sedimen klastik adalah batuan sedimen
yang mengalami penghancuran dari bongkahan besar ke bongkahan kecil tanpa
merubah susunan kimianya. Contohnya batuan beku yang pecah menjadi kecil-kecil.
Batuan sedimen kimiawi adalah batuan sedimen berubah susunan
kimianya. Contohnya batuan yang mengalami pelarutan, seperti batu gamping (CaCO3)
yang larut menjadi bentukan stalaktit dan stalagmit. Batuan sedimen organik pada waktu pengendapannya mendapat pengeruh
dari organisme, seperti sisa-sisa tumbuhan, hewan dan manusia.
Contoh batuan sedimen, antara lain breksi,
konglomerat, batu gamping (batu kapur), batu pasir, dan batu lempung. Breksi adalah batuan
sedimen yang material penyusunnya memiliki sudut runcing, sedangkan konglomerat
adalah batuan sedimen yang material penyusunnya memiliki sudut yang tumpul.
Pada umumnya batuan sedimen dapat
dikenali dengan mudah dilapangan dengan adanya perlapisan. Perlapisan pada
batuan sedimen disebabkan oleh (1) perbedaan besar butir, seperti misalnya
antara batupasir dan batulempung; (2) Perbedaan warna batuan, antara batupasir
yang berwarna abu-abu terang dengan batulempung yang berwarna abu-abu
kehitaman. Disamping itu, struktur sedimen juga menjadi penciri dari batuan
sedimen, seperti struktur silang siur atau struktur gelembur gelombang. Ciri
lainnya adalah sifat klastik, yaitu yang tersusun dari fragmenfragmen lepas
hasil pelapukan batuan yang kemudian tersemenkan menjadi batuan sedimen klastik.
Kandungan fosil juga menjadi penciri dari batuan sedimen, mengingat fosil
terbentuk sebagai akibat dari organisme yang terperangkap ketika batuan
tersebut diendapkan.
Gambar Batu Sedimen
Pada hakikatnya, struktur sedimen
dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu struktur sedimen primer dan struktur
sedimen sekunder, namun demikan berdasarkan proses pembentukan batuan sedimen,
maka struktur sedimen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :1. struktur
sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan ; 2. struktur sedimen yang
terbentuk pada proses sedimentasi (struktur primer); 3. struktur sedimen yang
terbentuk setelah pembentukan batuan sedimen (struktur sekunder).
1. Struktur sedimen yang
terbentuk sebelum proses pembatuan (lithifikasi)
Struktur sedimen yang terbentuk
sebelum proses pembatuan dapat terjadi di bagian atas lapisan, sebelum lapisan
atau endapan yang lebih muda atau endapan baru di endapkan. Struktur sedimen
ini merupakan hasil kikisan, ’scour marks’, ’flutes’, ’grooves’, ’tool marking’
dan sebagainya. Struktur-struktur ini sangat penting untuk menentukan arah
aliran atau arah sedimentasi.
Struktur
sedimen. Mudcracks .
|
Struktur
sedimen. Sole marks. pada batupasir
|
Struktur
sedimen. Load casts.
|
Struktur sedimen .Jejak
Dinosaurus.
(Dinosaur tracks)
|
2. Struktur sedimen yang
terbentuk pada proses sedimentasi (struktur primer)
Struktur yang terbentuk semasa proses pengendapan, antara lain adalah
perlapisan mendatar (flat bedding), perlapisan silang-siur (cross bedding),
laminasi sejajar (paralel lamination), dan ripple mark.
Struktur sedimen. graded
bedding.
|
Struktur sedimen silang siur sejajar
(cross-stratification tabular
sets)
|
Struktur sedimen .Multiple
trough
cross-stratification.
|
Struktur sedimen .Tulang-ikan
silangsiur.
(herringbone
cross-stratification)
|
Struktur .hummocky
cross-stratification.
|
Struktur ripple / antidunes
(ripples or antidunes
structures)
|
Struktur Gelembur gelombang
(wave ripples structures)
|
Struktur sedimen .Convolute
laminations.
|
3. Struktur yang terbentuk
setelah proses pengendapan
Struktur ini terbentuk selepas
sedimen terendap. Ini termasuklah struktur beban, ’pseudonodules’ dimana sebagian
lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan lumpur di bawahnya, laminasi konvolut
(convolute lamination) dan sebagainya. Struktur nendatan, hasil dari pergerakan
mendatar sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam struktur selepas
endapan. Nendatan boleh berlaku di tebing sungai, delta dan juga laut dalan dan
ianya sangat berguna untuk menentukan arah cerun kuno.
Deformasi
struktur sedimen silangsiur
|
Deformasi
akibat liquafaction
|
Clastic dike in a turbidite
sequence
injected
from overpressed sand layer
|
Partly destroyed bedding
by
burrowing organisms
|
c. Batuan Malihan
Kata metamorfosa berasal dari
bahasa Yunani, yaitu “metamorphism” dimana “meta” yang artinya “berubah” dan
“morf” yang artinya bentuk. Dengan demikian pengertian metamorfosa dalam
geologi adalah merujuk pada perubahan dari kelompok mineral dan tekstur batuan
yang terjadi dalam suatu batuan yang mengalami tekanan dan temperatur yang
berbeda dengan tekanan dan temperatur saat batuan tersebut pertama kalinya
terbentuk.
Batuan malihan (metamorf) adalah jenis
batuan yang terbentuk karena pengaruh panas, tekanan, atau keduanya. Panas
dihasilkan dari aktivitas vulkanik dan tekanan dihasilkan dari pergerakan bumi
seperti gempa atau letusan gunung berapi. Pada suhu dan tekanan yang tinggi,
serta waktu yang lama batuan beku atau sedimen akan berubah menjadi batuan
malihan dengan mengubah mineralnya menjadi mineral baru. Contoh batuan malihan
adalah batu kapur (gamping) berubah menjadi marmer (pualam) dan batu lempung
yang berubah menjadi batu kapur yang berubah menjadi batu sabak. Batuan malihan
umumnya keras dan tahan terhadap erosi.
Batuan yang terbentuk dari proses perubahan batuan asal
(batuan beku maupun sedimen), baik perubahan bentuk/struktur maupun susunan
mineralnya akibat pengaruh tekanan dan/atau temperatur yang sangat tinggi,
sehingga menjadi batuan yang baru.
- Batuan metamorf
kontak/sentuh/termal = batuan
malihan akibat bersinggungan dengan magma, contoh: marmer, kuarsit, batutanduk
- Batuan metamorf
tekan/dinamo/kataklastik = batuan
malihan akibat tekanan yang sangat tinggi, contoh: batusabak, sekis, filit
- Batuan metamorf
regional/dinamo-termal = batuan
malihan akibat pengaruh tekanan dan temperatur yang sangat tinggi, contoh:
genes, amfibolit, grafit
Tenaga yang berasal dari luar dapat menyebabkan berubahnya struktur dari
batuan, meliputi pelapukan dan erosi.
1. Pelapukan
Pelapukan bisa terjadi pada batuan. Pelapukan adalah
proses penghancuran atau pengerusakan masa batuan oleh zat penghancur.
Pelapukan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
- Pelapukan mekanik, adalah proses pelapukan berupa penghancuran
bongkahan batu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil tanpa mengubah unsur
kimianya. Faktor-faktor yang mengakibatkan pelapukan mekanik antara lain
sebagai berikut.
·
Perbedaan
temperatur, akibatnya batuan akan mengalami proses pemuaian akibat panas dan
sekaligus pengerutan pada waktu dingin. Jika proses ini berlangsung terus
menerus, lambat laun batuan akan mengelupas, kemudian terbelah dan pecah
menjadi bongkah-bongkah kecil.
·
Akibat
erosi di daerah pegunungan dan akibat membekunya air di sela-sela batuan. Air
yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar sehingga air tersebut
akan menjadi sebuah tenaga tekanan yang akan merusak struktur batuan
·
Pengaruh
kegiatan makluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Akar tumbuhan akan
dapat merusak struktur batuan, begitu juga dengan hewan yang selalu membawa
butir-butir batuan dari tanah ke permukaan. Selain makhluk hidup dan
tumbuh-tumbuhan, manusia juga memberikan andil dalam terjadinya pelapukan
mekanik (fisik).
·
Berubahnya
air garam menjadi kristal. Jika air tanah mengandung garam, pada siang hari
airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan
dapat merusak batuan sekitarnya, terutama batuan karang disekitarnya.
- Pelapukan Kimia, adalah proses penghancuran batuan yang disertai
dengan mengubah susunan kimiawi batuan yang terlapukkan.
- Pelapukan Organik, adalah pelapukan batuan hasil pengerjaan makhluk
hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia.
2. Erosi
Erosi
adalah pengikisan batuan atau tanah oleh massa zat yang bergerak, seperti
sungai, angin, gelombang laut atau gletser. Faktor-Faktor yang menyebabkan
terjadinya erosi adalah iklim, dalam hal ini adalah air hujan; tanah, berkaitan
dengan sifat tanah yang menentukan mudah tidaknya tanah tererosi; topografi
meliputi kemiringan dan panjang lereng; vegetasi berkaitan dengan melindungi
permukaan tanah dari air hujan; penggunaan lahan berhubungan dengan perubahan
penggunaan lahan yang dapat mempercepat atau memperlambat terjadinya erosi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanah terbentuk dari hasil interaksi antara berbagai
faktor ,yaitu iklim, organisme, bahan induk, relief(topografi), dan waktu.
Jenis tanah di indonesia pada umumnya subur. Hal ini di sebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut :
1.
Wilayah
indonesia terletak pada jalur gunung api dunia sehingga banyak material
vulkanik yang menyebabkan tanah subur.
2.
Indonesia
terletak pada daerah beriklim tropis dengan tingkat pelapukan, baik fisik
maupun kimia sangat cepat sehingga proses pembentukan tanah cepat pula.
3.
Akibat
pergantian musim hujan dan musim kemarau yang normal menyebabkan sirkulasi
udara dalam tanah normal juga dan kesuburan tanah tetap terjaga.
Lahan potensial dapat diartikan sejauh mana sebuah tanah mampu bermanfaat
secara optimal bagi kehidupan manusia. Ini berati lahan ini tidak hanya
berhubungan dengan bercocok tanam, tetapi dapat juga untuk keperluan lain yang
bermanfaat.
Lahan kritis adalah lahan yang kemampuan produksinya sangat kurang, baik
dalam bidang pertanian, industri, permukiman atau keperluan lainya. Jika lahan
kritis dihubungkan dengan lahan pertanian, lahan kritis yang dimaksud adalah
lahan tandus dan sudah tidak mampu berproduksi lagi.
Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain
oleh kekuatan air, angin, gletser, atau gravitasi. Usaha yang dilakukan untuk
mengurangi erosi tanah adalah dengan menggunakan metode pengawetan tanah.
Metode pengawetan tanah pada umumnya
dilakukan untuk :
1.
Melindungi
tanah dari curahan langsung air hujan.
2.
Meningkatkan
kapasitas infiltrasi tanah
3.
Mengurangi
run off (aliran air dipermukaan tanah)
4.
Meningkatkan
stabilitas agregat tanah.
Batuan adalah massa yang terdiri dari atas satu atau lebih macam mineral
dengan komposisi kimia yang tetap. Secara umum batuan dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan besar, yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
malihan. Perubahan bentuk permukaan bumi dipengaruhi oleh dua tenaga, yaitu
tenaga eksogen dan tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal
dari dalam bumi yang terdiri atas tektonisme, vulkanisme, dan gempa bumi.
Adapun tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar permukaan bumi,
terdiri atas pelapukan, erosi, masswasting,
dan sedimentasi.
Perubahan batuan yang mengarah pada kerusakan di muka bumi dinamakan
degradasi. Degradasi adalah penurunan kualitas maupun kerusakan lahan.
Kerusakan yang terjadi pada lapisan batuan merupakan masalah yang dapat
mengancam kehidupan di muka bumi. Hal ini karena disebabakan oleh batuan
merupakan lapisan yang memiliki peranan penting sebagai tempat hidup manusia,
hewan dan tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Endarto, Danang. 2009. Geografi I SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Hestiyanto, Yusman. 2007. Geografi I SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira.
Huda, Nurul & Somantri, Lili. 2010. Advanced Learning Geography 1. Jakarta:
Grafindo Media Pratama.
Khosim, Amir & Marlina, Kun. 2008. Geografi SMA/MA Kelas X (Diknes).
Jakarta: Grasindo.
Sutrijat, Sumad. 1999. Geografi I. Jakarta: Depdikbud.
Wardianto, K. 2006. Geografi.
Jakarta: Erlangga.
No comments:
Post a Comment